I am My Own Hero - Peralihan Pertiwi Idea Goesvita Mahasiswa Berprestasi Program Studi Pendidikan Biologi

 

I am My Own Hero

Oleh Peralihan Pertiwi Idea Goesvita

Mahasiswa Berprestasi Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta 

 

Air mata bahagia menetes di tengah kepadatan terminal di siang hari yang cukup panas saat itu. Bagaimana tidak? Aku dinyatakan lulus SBMPTN dan diberi kesempatan untuk menjadi bagian dari civitas akademika Universitas Negeri Jakarta, dengan program studi Pendidikan Biologi. Walau keluarga dan temanku meragukan keputusanku, namun kesempatan ini tidak datang dua kali, dan ini merupakan pilihan yang ingin aku perjuangkan. Keberhasilanku ini bukan tanpa perjuangan. Kenangan atas masa lalu menarikku kembali ke masa sekolah menengah pertama dulu. Perisakan yang kualami secara fisik dan verbal menjadikan selfharm sebagai satu-satunya caraku menenangkan diri. Banyak orang yang mengatakan bahwa masa SMA merupakan masa terindah dalam hidupnya, dengan segala cerita cinta dan kenangan indah lainnya yang tak dapat terlupakan. Bagiku, masa SMA menjadi perjuangan terberatku dalam hidup, dengan gangguan mental yang kuderita. Tahun pertama diisi dengan pelecehan seksual yang dilakukan oleh teman- teman sebayaku di sekolah. Aktivitas dan tanggung jawab yang kuemban dalam OSIS, serta kemenanganku dalam beberapa perlombaan tidak membuatku sembuh dari gangguan mentalku. Tak jarang terlintas dipikiranku pikiran-pikiran untuk mengakhiri semuanya dengan cara yang paling mudah, Dua kali usahaku gagal untuk mengakhiri hidup.

Masa penyembuhan berlangsung dalam waktu yang cukup panjang, terasa lambat bagiku. Sesi-sesi konsultasi kujalani secara rutin dengan guru konseling di sekolah. Aku juga menjalani sesi lainnya dengan pihak profesional. Aku diajarkan untuk dapat menuliskan segala keresahan serta dorongan untuk bunuh diri dalam suatu jurnal. Perlahan aku bangkit, tertatih-tatih untuk berhenti melukai diri sendiri. Saat itu aku juga sedang dihadapkan dengan banyaknya persiapan latihan ujian akhir, ujian praktek, ujian sekolah, ujian nasional, dan serta ujian masuk perguruan tinggi yang sangat penting: SBMPTN.

Perjuanganku sekarang baru saja dimulai. Aku menapakkan kakiku di Universitas Negeri Jakarta dengan ambisi yang tinggi. Angan-anganku membawaku menentukan satu target utama yakni aku akan lulus menjadi dosen dengan prestasi gemilang selama aku berkuliah di Universitas Negeri Jakarta. Tahun pertama aku menyibukkan diri dengan beradaptasi dengan lingkungan dan dinamika kehidupan kampus yang sangat menantang. Aku percaya dengan menghadapi lingkungan yang baru dan penuh tantangan inilah aku akan menjadi versi terbaik diri sendiri. Aku memberanikan diri mengikuti berbagai kegiatan dan organisasi baik tingkat prodi maupun tingkat universitas.

Saat menjadi mahasiswa baru, aku ingat ketika aku melalui masa pengenalan kampus dan aku duduk di barisan paling belakang. Saat itu masih sangat teringat dimana aku melihat beberapa perwakilan mahasiswa berprestasi tingkat fakultas. Hati kecil ku berkata, “Suatu saat nanti, aku pasti bisa di posisi mereka, aku yakin!”. Sejak hari itulah aku bertekad akan melakukan apapun yang aku bisa maksimalkan untuk berperan aktif dan menjadi bagian dari mahasiswa berprestasi Universitas Negeri Jakarta. Namun aku sadar, angan-angan ku ini akan menjadi angan-angan saja kalau aku tidak bergerak dan berupaya meraihnya. Aku memutuskan untuk merencanakan hal-hal apa saja yang ingin aku raih baik jangka panjang maupun jangka pendek. Aku menanamkan dalam hati bahwa aku punya segala potensi yang dibutuhkan untuk meraih yang aku harapkan.

Perjalanan berjuta kilometer dimulai dengan satu langkah kecil, dan langkah kecil yang mengawali perjalananku adalah mengikuti organisasi kepemudaan multinasional, AIESEC. Aku berkesempatan menjadi delegasi di konferensi nasional dan berangkat ke Jogjakarta bersama dengan delegasi lain. Banyak sekali hal yang aku alami, mulai dari berani berpidato didepan seluruh delegasi nasional dan pihak dari Korea, hingga membantu menjadi fasilitator mengajar di sekolah dasar di Jogja dalam program World's Largest Lesson Persatuan Bangsa Bangsa (PBB). Pengalaman 3 hari yang walau sangat singkat itu, memercikan semangatku untuk terus berkembang. Kemampuanku dalam public speaking semakin terasah dengan sangat optimal. Aku belajar bagaimana harus menempatkan diriku diberbagai kondisi dan situasi. Langkahku tidak berhenti disitu saja, aku melebarkan sayap di dunia legislatif tingkat prodi sebagai staff badan kaderisasi. Aku jadi memahami cara bekerja di dua organisasi yang berbeda dan bagaimana kedua organisasi ini dapat membantuku menjadi versi terbaik diriku.

Pandemi tidak memadamkan api semangatku untuk terus berkarya dan berkontribusi aktif. Selama pandemi COVID-19, aku mengembangkan diri melalui online courses, webinar, dan kegiatan positif lainnya. Setiap hari kulewati dengan selalu mencatat hal apa saja yang harus aku lakukan di hari itu dan hari-hari selanjutnya. Mulai dari projek nasional dengan DANONE hingga konferensi internasional, semua aku jalani dengan penuh keyakinan bahwa hal-hal kecil inilah yang akan membawaku terus maju dan memberikan dampak positif bagi orang disekitarku. Aku sungguh percaya bahwa hal kecil yang kita lakukan dalam hidup, entah itu kebiasaan yang kita lakukan maupun keputusan kecil yang kita pilih akan membawa dampak besar layaknya butterfly effect. Seperti sayap kupu-kupu yang mengepak dengan kencang akan mengubah arah angin disekitarnya. Dari situlah aku yakin bahwa setiap individu lahir dengan kemampuan yang luar biasa yakni untuk mengubah dunia.

Perjalanan berjuta kilometer dimulai dengan satu langkah kecil. Perjuanganku belum usai, justru sekarang aku tengah berjuang menjadi salah satu perwakilan program studi Pendidikan Biologi dalam ajang Mahasiswa Berprestasi. Aku pernah jatuh sejatuh-jatuhnya, namun aku percaya aku akan meluncur seperti roket. Aku selalu berkata pada pantulan diriku di cermin, “ Tata, aku percaya kamu bisa. You are your own limit”. Sejarah panjangku dengan kesehatan mentalku menjadikanku semakin dekat dengan diri sendiri, dan kini aku semakin yakin dengan langkah yang aku ambil. Aku pun menjadi sadar bahwa pada akhirnya aku akan menjadi pahlawan bagi diriku sendiri.

Percayalah bahwa tidak ada keberuntungan, yang ada hanyalah kemampuan yang dipertemukan dengan kesempatan. Sehingga dapat diciptakan suatu keajaiban. Tentunya kemampuan perlu digali dan diasah, dengan kesempatan yang akan datang secara acak, membuat kita harus mempersiapkan diri untuk dapat menyambutnya dengan baik.

 

 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

FIELD REPORT PRA 1 PKMPB BIOLOGI FMIPA UNJ 2019